Hari itu Mualifah dan Istiqomah berjalan terburu _ buru karena bis yang dinaiki macet di Mangkang. Mereka takut kalau terlambat mengikuti upacara. Solikin dan Musafak bertugas saat upacara itu. Saeri sebagai pembaca doa. Sementara Sobirin pembawa Undang _ Undang Dasar 1945. Panca sebagai pemimpin upacara. Endang Nuraini pembawa Pancasila. Upacara berlangsung dengan lancar. Petugas PMR
Koesmiyati, Khoeriyatun, Darwati dan Siti Maghfiroh berkeliling.
Kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan tertib. Bangunan Sekolah yang kokoh menimbulkan semangat dan kedamaian. Mugiyati sedang makan bakwan bersama Rusti dan Rutiah. Tiba _ tiba datang rombongan Mulyono. Mereka asik bercerita. Lalu Kiswati datang memberi peyek kacang dua plastik. Kemudian mereka melanjutkan bincang _ bincang sambil menunggu bel.
Pulang sekolah tiba. Anak perempuan menuju kos masing _ masing. Anak laki _ laki kembali ke asrama.
Zubed terlihat sibuk masak lontong.
Fitri menyiapkan sayur dengan Purnomo.
Priyogo saat itu pulang dari Karimun dan membawa ikan asin besar _ besar. Lho tapi ada itu . Ternyata anak _ anak main musik dari alat makan seperti panci alumunium sendok , garpu juga penggorengan. Semua jadi alat musik. Lagunya tidak karuan . Saking kerasnya hingga alat _ alat makan rusak dan pecah. Gedubrak _ gedubrak. Waduh. Konser ditengah bukit. He he he.
Dwi mau mandi tapi lho mana airnya. Habis. Anak _ anak kalau mandi satu bak dihabiskan sendiri. Kalau temannya jengkel pura _ pura tidur tidak mendengar. Asrama kering di kamar mandi hingga kalau sholat terpaksa air ditampung dulu di kaleng bekas susu lalub di kucurkkan sedikit demi sedikit utk wudhu biar cukup.
Setiap malam selasa semua turun gunung berbelanja. Marno, Thurkamun, Munadhirin, Darmanto , Suwardi meluncur ke atas bukit. Membeli bahan pokok untuk satu bulan. Mereka bertemu dengan Khomariyah, Marni, Rohmami , Zumrotun, Siti Nurhidayati dan Aminah. Jadi rame warungnya.
Hari itu Sabtu siang saatnya pulang sekolah . Perasaan mereka begitu senang ingin pulang dan merubah gizi. Maklum anak _ anak makan seadanya. Terpaksa kalau tidak ada yang dimakan hanya dengan lauk gorengan dan kecap. Waduh. Nangis nih jadinya. Tetapi anak _ anak nakal karena
sebelum pulang. Mereka melempar piring wajan diatas genting biar kalau hujan bersih tidak usah mencuci. Terlalu. He he he.
Paginya setiap hampir jam tujuh makan sambil jalan menuju sekolah..piring dilempar dibawah pohon singkong cuci muka masuk kelas pulang ambil piringnya.
Dul saking senengnya pengen pulang...tapi bila tidak pulang yg punya uang naik bis kota ke PRPP
atau simpang lima bila tdk punya uang yg malam minggu naik genting lihat lampu prpp dari asrama. Disana sambil mendengarkan Muklisin menyanyikann lagu milik Rano Karno berjudul Antara Hitam dan Putih. Mereka terenyuh karena isinya persis dari kebanyakan anak _ anak asrama itu.
Sutrisno ke warung beli penyedap rasa. Lho kok belinya hanya itu. Dia menjawab kan sayurnya sudah tersedia banyak tinggal metik(rupanya hobi daun singkong muda) he he he.
Anak _ anak mulai menunggu . Sore belum ada tanda _ tanda air dinyalakan. Mereka siap _ siap bawa handuk dan alat mandi begitu dinyalakan mereka langsung berebut masuk kamar mandi sampai keliru belum bawa sabun. He he he .
Nursikin kenapa itu? Naik atap. Wah banyak juga yang naik atap untuk menghabiskan waktu malam.
Untung asbesnya tebal dan panjang. Lho diatap bawa tikar dan bantal dan melihat nyawang bintang juga rembulan
Kalau pecah gentengnya ? Ternyata tidak karena genteng merk jati dan anaknya kurus _ kurus.
Arifin tiap Minggu sore selalu membawa tempe perbaikan Gizi. Dia membagi dengan teman _ teman diasrama. Asik sekali.
Kusrini .dan Maryam mendengar syair lagu bilang hitam kalau hitam bilang putih kalau putih, katakanlah sayang bila ku sayang padaku. Lagu itu jadi favorite dikalangan mereka. Anak _ anak juga sering menyanyikan saat istirahat disamping kelas didekat kebun yang subur. Senang hati ini merasakan hal itu.
Penulis
Prihariyani, S.Pd.,M.Hum.
SMPN 3 Mranggen
Demak
Jawa Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar